Dr. Malahayatie Ungkap Jebakan Belanja Kekinian "Shopping Bubble Trap" di RRI Lhokseumawe
Lhokseumawe, 19 September 2025 — Radio Republik Indonesia (RRI) Lhokseumawe mengadakan siaran edukatif, kali ini mengupas tuntas fenomena "Shopping Bubble Trap" atau jebakan belanja kekinian. Acara yang disiarkan pada Jumat (19/9) ini menghadirkan narasumber utama Dr. Malahayatie, S.H.I., M.A.
Seminar yang bertajuk "Jebakan Belanja Kekinian" ini menyoroti pergeseran perilaku belanja di era digital. Belanja kini tidak lagi hanya soal memenuhi kebutuhan, tetapi telah menjadi kebiasaan psikologis dan simbol status sosia. "Kita hidup di era di mana batas antara kebutuhan dan keinginan semakin kabur," ungkap Dr. Malahayatie.
Menurutnya, promosi besar-besaran, diskon harian, dan notifikasi dari e-commerce telah menciptakan "Shopping Bubble Trap," yaitu kondisi di mana seseorang terdorong untuk terus berbelanja meskipun tanpa kebutuhan nyata. Data dari berbagai survei mendukung hal ini. Survei Populis 2023 mencatat 67% konsumen antusias dengan promo dan 50% sering berbelanja impulsif. Riset IPB 2024 juga menunjukkan bahwa promo adalah pemicu utama belanja berlebihan, sementara Kompas 2024 menyebut 55% orang berbelanja impulsif saat promo akhir tahun. Katadata 2024 menemukan 45% pengguna layanan bayar nanti (Paylater) membeli barang yang bukan kebutuhan.
"Pada dasarnya, promo dan diskon memang menarik, tapi bisa juga jadi jebakan yang bikin orang belanja berlebihan," jelas Dr. Malahayatie. Ia menambahkan bahwa strategi seperti flash sale dan countdown timer sengaja menciptakan rasa urgensi dan ketakutan akan ketinggalan tren (FOMO), yang memicu pembelian impulsif. Bahkan, notifikasi belanja bisa mengaktifkan sistem dopamin di otak, memberikan kepuasan sesaat saat menekan tombol beli.
Dalam pandangan Islam, Dr. Malahayatie menekankan pentingnya membedakan antara kebutuhan pokok (dharuriyat) dan keinginan (tahsiniyat). Ia menjelaskan bahwa belanja untuk makanan dan minuman termasuk kategori dharuriyat, sementara pembelian impulsif untuk barang-barang seperti fashion atau gadget seringkali masuk kategori tahsiniyat. Ia juga mengutip Al-Qur'an Surat Al-Isra ayat 27, yang mengingatkan bahwa orang-orang yang boros adalah saudara setan.
Sebagai solusi untuk keluar dari jebakan ini, Dr. Malahayatie memaparkan beberapa langkah konkret. Mulai dari membuat daftar kebutuhan sebelum berbelanja, membatasi anggaran, hingga menghapus aplikasi belanja jika diperlukan. "Belanja cerdas bukan soal berburu diskon, tapi soal tahu kapan harus berhenti," pesannya. Selain itu, ia juga mengingatkan agar masyarakat fokus pada investasi, bukan pada impuls belanja.
Mengendalikan belanja impulsif memberikan banyak manfaat, seperti uang yang lebih awet, tidak menumpuknya tagihan, dan uang bisa dipakai untuk hal-hal yang benar-benar dibutuhkan.
Siaran ini ditutup dengan pesan kuat: "Yang viral belum tentu vital. Yang kekinian belum tentu penting". Dr. Malahayatie mengajak para pendengar untuk kembali kepada nilai-nilai Islam yang mengajarkan kesederhanaan dan kebijaksanaan dalam mengelola rezeki, sesuai dengan prinsip wasathiyah (hidup seimbang).